Seharusnya, aku mengelak dari keinginan untuk menempatkan ruang kecil di hatiku, untukmu. Ketika semua keraguanku akan mimpi dan cinta membayangi sekelabat dalam pikiranku. Membuatku, bertanya akan arti pertemuan yang kita lalui selama ini. Selama, mataku masih beradu pandang dan tersenyum kemudian. Siapa yang bisa menjelaskan getaran yang timbul kemudian seiring parasmu hadir dalam bingkai hatiku. Saat itu, aku harusnya tak berani menaruh hati. Sengaja, kupikir aku tak akan terjerat oleh degup jantung di dadaku yang...
Kau hanya membisu seakan tak punya kata, menyimpan segenggam kalimat dalam pikiranmu sendiri. Sementara kutahu kau begitu merindukan kehangatan, seperti bulan merindukan pelukan. Mata terbang hingga pada pucuk daun ketika jejak pikiranmu tak kembali dalam lamunan. Ada sepenggal pendirian dalam harap, lalu dada mendadak tergagap. Esok pagi, seperti janji. Kau pikir waktu masih tersisa. Aku akan terbujur kaku tak bernyawa. Kau akan kehilangan arti kemungkinan. Senja, rembulan pun menangis. Malam, seperti halnya kita tetap butuh...
Untuk sekian lama, aku masih termenung membayangkanmu. Betapa aku tak bisa menghapusnya, karena tak ingin. rasaku telah melebur dalam cinta yang membisu. Aku tak tahu, apakah aku bisa melupakanmu barang sekejap masa. Bahkan, sehari saja. Ketika semua kenangan terkunci dalam hatiku dan kau selalu hadir di suatu malam dalam mimpiku. Menyelinap bahkan menginap untuk satu malam. Aku tak bisa mengelak ketika mataku membanjir saat terjaga tanpamu, kecuali ingatan tentangmu. Memeluk tanganku sendiri, seakan memelukmu. Di...
Sepi menyekapku dalam jejak bisu yang tertuang dalam kepulan asap secangkir kopi. Merenda kesunyian yang terlukiskan di antara sudut bibirku yang kering. Kerinduan akan kecupan basah, mengobati dahagaku akan cinta. Menggenggam jemari kita berpelukan dan saling merapat kemudian mengusir tegang. Hatiku tinggal seseruput lagi. Ditemani lagu yang ramah menyapa telinga sanggup menggetarkan hati. Mataku mulai meremang, malam telah tergenang karena bulan terlihat lelah menggantung di sana. Aku menantimu dalam detik yang hilang. Menit-menit menjadi rumit....
Sejak itu, aku tak lagi menunggu datangnya pelangi. Seberkas harapan yang timbul di dinding hatiku seketika terhapuskan tetesan gerimis hujan. Adakah cinta menuai abadi. Ketika yang kutemukan dalam setiap harapan adalah kosong. Aku tak bisa berpura-pura tegar saat kakiku berdiri. Diantara kerinduan yang tertinggal masih menyisakan bingkai kenangan yang terpajang di sudut hatiku. Lantas, aku tak bisa begitu saja membuangnya. Kau, menepikan impianku selama ini. Hari-hariku bersamamu menjadi indah lalu mendadak situasi membuatku mengalah pada...
Ada cinta yang terperangkap kenyataan. Sementara perasaanku telah bertalian sama dengan rasa suka. Entahlah, aku tak ingin berdiri di antara sisi terdekatmu. Hatiku tak lantas berhenti karena degup jantungku benar-benar tergetar. Untuk mengungkapkanya butuh sejuta kesadaran agar kalimatku tak salah terujar. Kini, aku bahagia sekalipun rasa sakit kemudian. Melihatmu tersenyum dan mengungkapkan hal yang sama. seakan, rasa sakit tak terlihat lagi di hatiku. Mencintaimu, tak lantas kumiliki. Sebab, aku tahu tak bisa berharap lebih dari...
Akhirnya aku kembali menyusuri jalanan setapak dengan hati kosong. Kegalauan hati sepanjang hari menyelimuti dan mataku dibanjiri kesedihan yang tak berkesudahan. Aku telah membuatmu kecewa. Sungguh, aku tak bermaksud. Sementara pilihanku telah membuatmu merasa begitu tak dipercaya. Cinta apakah mampu menyelamatkanku di saat-saat aku benar-benar hampir tak percaya cinta. Siapa yang peduli, kegetiran hati. Bahkan, aku telah mengutuk dimana hari itu telah menghancurkan cintaku. Tapi, hal itu tak mengembalikan apa pun. Aku sampai ragu tentang...
Aku menyesal, entah kepada siapa. Ketika rasa sayangku kembali tumbuh setelah sekian tahun lamanya. Kau pun masih menjaga perasaan itu. Kemudian kita sama-sama punya mimpi tentang cinta yang kita rajut bersama. Tapi, kandas. Bukan karena perasaanku. Sayang, ada orang lain. Aku hanya bisa menangis mengunci pintu kamar dan berbincang dengan dinding-dinding ratapan dan tangis yang tersedu. Aku tak bisa mengembalikan waktu untuk bisa meyakinkan orang tuaku. Apalah arti cinta, ketika cinta harus berakhir tiba-tiba. Aku...
Awalnya aku merasa, ketika aku jatuh cinta. Semua terpikirkan adalah antara aku dan kamu. Nyatanya cinta bersemi dan berjalan seiring waktu. Kemudian cinta terbagi dan hubungan putus begitu saja seperti daun yang gugur di musim semi. Banyak alasan, banyak cerita. Tapi cinta bertahan karena kesetiaan. Saat itu, aku belajar arti rasa sayang yang tumbuh mengakar layaknya pohon. Ketika semakin lama akarnya semakin tertanam dalam. Cinta tak pernah habis lekang oleh waktu. Selama bertahun-tahun kau pun...
Perasaan ini tak bisa terlukiskan. Seuntai mawar layu pun masih kusimpan. Seperti luka hati yang masih kujaga. Terkadang, suatu malam aku hanya terduduk sendiri dan terpikirkan kenangan yang tak bisa kulenyapkan. Seketika mataku menitikan air karena perih kehilangan begitu tak terelakkan. Bunga di hatiku pun layu. Aku masih menjaga, menyimpanya. Tapi bagaimana hatiku, begitu hancur dan remuk sementara mataku tak bisa berhenti dalam tangis. Semakin kujaga, semakin kurasakan sakit. Saat niatku melemparkan bunga, aku tak...
Cukup lama aku terhenyak, seketika sadarku bangkit akan hadirnya kepiluan hati. Aku telah lama mencoba untuk kuat bersandar seperti karang. Tapi aku tak bisa berpura-pura. Aku tak bisa melepasmu pergi. Bibirku berujar iya namun hatiku bungkam layaknya terkunci. Kau tahu, setelah sekian lama aku mencintaimu. Tak mudah bagiku untuk berkunjung ke lain hati. Tak mungkin bagiku melangkah pergi menantikan cinta yang lain. Cinta tak akan kutemukan sama. ketika kurasakan begitu banyak pengertian darimu. Cinta bukan...
Pernahkah kau merasa pada titik terendah dalam hidupmu. Nyaris kehilangan seluruh energi dan semangat. Terlebih, hatimu terluka. Atau tak pernah kau temukan cinta dan kau larut dalam kesendirian. Memandangi langit seakan menatap kosong. Bintang menjadi tak menarik. Cerita hidup menjadi datar. Pada titik itu sebenarnya kau merasa tak punya tempat berpijak. Tempat untuk hatimu bersandar. Tempat untuk hatimu berbagi cerita. Tempat dimana gelora asmara berkobar. Tempat menitipkan rindu dan salam cium hangat. Tak ada yang...
Tahukah kau, layar di atas perahu yang terbentang menunjuk langit. Kini, kurasakan perasaanku terombang-ambing ombak. Bahtera yang kulayarkan terhadang badai. Seketika dadaku mendadak bergemuruh. Hatiku bimbang. Seperti daun yang diterbangkan angin. Rasaku benar-banar tak mudah kupahami. Terkadang, terbang tak berpijak tanpa arah. Terkadang, aku merasa tersesat dalam labirin yang tak berujung. Kemanakah hatiku berlabuh, sementara tak kutemukan daratan sepanjang mata memandang hanya lautan yang beredar pandang. Kemanakah mata ini jatuh hati merapatkan buih-buih asmara yang...
Malam ini kusendiri. Terjebak pada masa lalu. Hatiku terjerat waktu yang tak mau melepasku pergi. Mataku tak habis meneteskan air mata kerinduan. Sedangkan kesedihanku telah habis karenamu. Kenangan, membuatku merasa haru. Cinta menjadi cerita seutas tali yang tergantung membisu. Aku tak bisa melepaskan ingatan tentangmu. Hatiku masih bersemayam dalam. Ketika perpisahan selalu berhasil membuatku berlutut tak berdaya. Maka kenangan menjadi belati yang cukup tajam menggores masa indah menjadi kesedihan yang berkepanjangan. Di sudut kamar aku...
Sebab, hatiku akan tandus tanpamu ketika cerita cintaku harus berakhir. Aku ingin mengenang segala hal indah bersamamu. Karena esok takkan seindah ini, mengecap bias-bias rona bahagia. Namun kini tak mungkin lagi, katamu sudah tidak artinya. Ketika harapanku semua habis terbilang percuma. Rasa itu pernah hadir mengisi hatiku, mewarnai segala sendu dan hampa hidupku. Jangan berakhir, karena bagiku tak ada hari esok tanpamu. Satu detik saja, kurasakan detak jantungku menyebut namamu. Setiap sudut seakan membisikan kata...
Aku melihatmu dari balik kaca bening. Menatapmu, penuh keraguan. Kau masih tergeletak lemas di atas ranjang. Aku tak mampu menggenggam tanganmu. Dari balik pintu mataku mencarimu, kau disana masih saja terpejam. Sudah beberapa jam yang lalu. Aku hanya duduk menunggu dan termangu. Aku tak tahu apakah cinta masih bisa dilanjutkan. Sementara detik-detik lebih berharga bagimu untuk bisa merampas waktu. Mengembalikan masa dan senyum bahagia di hari yang terlewati. Aku masih disini, menantimu. Di saat kau...
Tanganku selalu berusaha meraih ketinggian. Selalu tak sampai. Menggapai pun tak sampai. Ketika hatiku seakan terhimpit oleh dinding dan aku tak melihat cahaya. Aku terjebak pada perasaanku sendiri. Cinta tapi dipendam. Suka tapi Cuma disimpan saja. Saat aku tahu, aku tak bisa berterus terang. Bahkan, kepada langit pun aku tak berani menunjuk. Kepada siapa aku harus ungkapkan. Selain dinding-dinding kamarku yang mendengarkan rintihan bisikan hatiku lirih. Kadang merintih. Sendiri membuatku merasa tak berarti. Bukan karena...
Kau pikir, aku adalah persinggahan dimana kau berlabuh tanpa jejak. Sementara kau lemparkan jangkar dan tepat mengenai jantungku. Cincin yang kulihat melingkar di jari manismu, membuatku terhunus pedang dan meremukkan seluruh harapanku. Kau datang, seperti mentari tampak bercahaya. Memberikan harapan dan kehangatan yang menyinari jiwaku. Lalu kau pergi, tanpa tanda bahwa kau telah melempar janji. Di sini, aku terhenyak dengan hatiku yang terkoyak. Sementara kau tak tahu, jangkar yang kau lempar tepat di dada. Kita...
Kau tahu, ketika rasa nyeri dalam dadaku begitu menyesakkan dada sementara aku ingin menangis. Aku tak bisa menangis. Kepalaku kemudian serasa terbentur tanah karena pening merajaiku. Aku percaya cintaku sama. Kututup pintu, bersembunyi di bawah selimut. Sementara hatiku tak pernah bisa sembunyi. Cinta tak pernah kusesali, entah mengapa rasa sakit seperti bagian dari cerita cinta yang tak terpisahkan. Maka ketika jantungku kau hujamkan belati, aku rela. Bukan karena sakit, tapi cinta telah mencuri sadarku. Bahkan,...
Harusnya aku sadar, selama ini aku hanya berlindung pada kesendirianku. Meratapi dedaunan kecil yang gugur dan jatuh. Entah mengapa, aku ragu untuk menyadari. Apakah aku diciptakan untuk berpasangan. Sementara aku sendiri. Ketika malam semakin gelap, aku tak menemukan bayangan lain selain diriku. Tersimpuh dan duduk memandang jendela. Ada bulan di sana. Seakan melambai dengan kedipan mata manja. Kapankah kutemui sang pangeran seperti dalam cerita. Ketika sebenarnya hidup tidak lagi berjalan seperti dalam cerita. Realita membuatku...
Terakhir kali kutatap matamu, ada bias yang tergambarkan seperti langit berubah mendung. Kemudian mataku sendu. Setelah pandanganku berbalik arah, maka kita berpisah. Seperti inikah rasanya ketika rasaku terhalang oleh alasan. Ketika cintaku harus menyerah bukan pada pilihan, tapi karena kenyataan. Aku harus terima, kau lebih memilihnya. Sungguh, rasa cintaku tak berubah benci. Akan tetapi, entah mengapa yang kurasakan adalah luka. Bukan tergores, tapi tercabik-cabik perasaanku semakin remuk dan mataku sedu sedan karena menahan tangis. Tidak...
Menatapmu, tersenyum. Bagiku cukup melukiskan selaksa bahagia yang menitikan haru. Ketika cinta seperti derap langkah yang membisu, sementara hatiku menjejak pada pasir gurun. Aku tak sanggup, sementara kuingin. Tanganku tak pernah singgah menyalam rindu, tapi hatiku telah jauh memasuki halaman hatimu. Mengetuk perlahan, adakah suara memanggil. Kini, dalam dekapku terdiam. Tulus cinta tak selalu memiliki. Berada di dekatmu saja, layaknya hatiku terguyur telaga. Aku mencintaimu dalam diam. Sementara hatiku selalu berbisik untuk mengungkapkan. Namun telingamu...
Pagi yang dingin. Rintik hujan masih mengeja pagi yang basah. Sementara dalam gelap ruangan itu kudengar desah. Sebagian pikiranku masih terbungkus resah. Matamu terpejam. Kupeluk dirimu dan membenamkan kehangatan. Cinta menjadi bahasa tubuh yang menyatu dalam diam. Tak perlu ada kata-kata. Kita saling menikmati kesunyian dan bahasa resah. Jauh di dalam hatimu, kutahu ada seberkas perasaan yang menggelora. Aku sungguh merindukan, kemesraan ini. Pagi yang dingin. Rintik hujan masih mengeja pagi yang basah. Sementara dalam...
Aku tidak mengerti, memandang kosong mata menatap jauh pandangan. Tak ada senyum, parasku datar tak membentuk cuaca. Perlahan, permukaan mata menjadi basah. Cairan bening pun terasa hangat mengalir di pipiku. Sungguh, aku masih cinta. Perasaanku tak terlukiskan tinta. Mataku seperti langit berubah merah. Dadaku terguncang karena deburan ombak terlalu kuat menabrak tepi mataku. Kau tahu, begitu sakit. Seperti sia-sia. Karena tiba-tiba saja seseorang bisa melupakan cinta. Seperti hujan, mataku menurunkan gerimis. Apakah aku bisa percaya,...
Malam ini terasa perlahan gerimis turun membasahi bumi. Tetesan hujan itu kemudian menerpa hatiku. Dingin. Sesaat, pikiranku tersesat pada labirin tak menentu. Meresapi kegelisahan yang selalu datang menyapa. Lalu kunikmati kerinduan itu menjadi bayangan yang tampak nyata di dalam mimpi. Sungguh, saat terbangun memimpikanmu. Aku tak berdaya, kau begitu dekat seperti sangat menginginkanku. Lagi-lagi aku harus kecewa, Cuma sekadar mimpi. Apakah cinta adalah ilusi. Seperti bentuk imajinasi. Menghabiskan malam menantikan detik-detik berguguran hingga waktu cepat...
Aku selalu suka hujan dan mendung, seperti duka yang berkabung. Abu-abu hati seperti tersiram warna tanah. Kesedihan menjadi gerimis yang tak terdengar bisikan petir. Ada getir. Tapi hujan tak datang lagi. Kulihat hanya mendung menggantung di langit. Maka kulihat air mata pun menggantung di sana. Seketika gemuruh awan menjadi terdengar mengerikan. Aku ingin kau datang tak sekadar mimpi. Jika pun hatimu telah jauh pergi, aku tak bisa mengelak masih mengharapkanmu datang. Memelukku dalam dekapan kehangatan....
Apalah arti cinta jika berakhir tak bersama. Ketika kau hanya mampu menatapnya bersanding dengan orang lain. Melihatnya tersenyum bukan kepadamu melainkan kepadanya sambil merajuk manja. Kau hanya bisa tulus, bukan karena tak percaya. Tapi takdir terkadang tak berpihak padamu. Mungkin, tidak ada lagi yang tersisa. Kau hanya mampu mengusap pipimu karena basah saat terbangun memimpikannya. Sungguh, rasa sakit itu bukan karena dia tak lagi cinta padamu. Tetapi ketika cinta seperti tak ada artinya lagi. Dan...
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Continue Reading
Kapan terakhir kali kau merasa bahagia karena cinta. Bahagia dengan luapan perasaan tak tertuliskan. Bahkan tak mampu terjamah kata-kata. Saat itulah kau merasa, betapa berharganya dicintai. Menjadikan gelap malam penuh bintang. Sekelumit masalah menerpa kemudian lenyap dari pandangan mata. Hidup terasa ringan. Tapi seketika kau rasakan jatuh. Bahkan saat perasaanmu masih penuh dengan bunga. Seketika bunga-bunga kering lantas mati. Bukan saja layu tapi juga sendu. Bahkan bunga pun butuh cinta. Maka apakah hatimu kering karena...
Hatiku berbunga. Ketika kusapa dirimu dan kau sambut tawa lepas dan berhasil merampas keresahanku. Kutahu, dengan suaramu saja. Bahkan seketika langit pun menyala. Aku senang sekali. Karena bukan saja harapan yang membuatku tegak berdiri. Senyummu, dalam mimpiku. Bukan sekadar maya, mimpi bukan sekadar janji. Mungkin sekeping cerita menjadi sajian hangat di pagi hari melepas rindu dan sendu. Aku suka walaupun hanya sekejap masa. Berbagi kisah saat mentari sedang tersenyum menari-nari. Aku suka, ketika dirimu bahagia....
Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA MicrosoftInternetExplorer4 Continue Reading
Barangkali cinta tak seharusnya ada. Ketika rasaku tak menemukan tepian lagi karena hatiku jatuh berserakan pecah hingga berkeping. Mencintaimu tak terukur masa dan waktu. Kurindu, memandang bingkai parasmu yang lucu sambil tersenyum menatap manja padaku. Malam itu, aku benar-benar tak bisa menahan bendungan air di mataku. Karena tiba-tiba mataku meleleh. Air pun menerjang dan dadaku terguncang. Hatiku sakit karena kelemahanku. Tak pernah bisa lepas darimu. Apakah kenangan menjadi tak berarti lagi di kemudian hari. Sementara...
Mengapa, kau tak semesra dahulu memelukku karena ingin. Ketika kau berbisik karena cinta. Dan hembusan nafasmu terasa mengalir di dada. Aku ragu, ketika kebisuan ini menjelma resah dan gelisah. Tak ada yang bisa mengobati selain kerinduan yang bertemu karena harap. Lalu aku memelukmu karena dingin. mencumbumu karena bunga telah merekah merebakkan wangi nan candu. Alunan rindu menjadi syahdu. Aku ingin. Karena semalam mendung kembali datang karena kau tak juga membalas kerinduanku. Sementara buah ranum di...
Saat kau tahu bahwa hidupmu tinggal sejengkal tangan, menyadari bahwa hidup tak lepas dari kesalahan. Ketika kau rasa rindu juga berlaku sama seperti luka. Ketika daun diterbangkan angin pun terhempas jatuh, begitu juga perasaanku. Ketika hatiku ini kuserahkan padamu. Segala yang kuketahui adalah tentangmu. Kebahagianku adalah senyum terindahmu. Aku seperti tak punya waktu lagi. Sikapmu berubah, aku pun bersedih. Entah, kenapa cinta tak membawaku pada ketenangan. Sementara resah dan gelisah selalu mengganggu. Kupikir cinta tak...
Getir hati yang teriris karena pedih sementara turun perlahan gerimis, malamku kini kembali ranum bersama segelas resahku yang mengepulkan kerinduan. Di antara purnama dan selimut hitam di angkasa, aku bisa melihat binar matamu yang memudar. Kemudian perlahan-lahan lenyap. Meresap ke dalam ronngga-rongga perih hati yang terbalut luka. Cintamu adalah pujaan, seperti perhiasan. Kau begitu berharga, melebihi kata berarti. Kemudian mengalun nada-nada sendu dari bias permukaan mataku. Mengalir lagu kesedihan. Rintik-rintik hujan seakan bercengkerama sangat akrab...